Perjalanan ke Lombok Timur


Sebenarnya perjalanan ini sudah pernah saya catatakan di blogspot milikku. Ada beberapa catatan perjalanan yang memang tidak terselamatkan. Saya ingin mengingat-ingat kembali sebuah perjalanan ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat kalau tidak salah tanggal 26 Mei 2007. Karena sebelumnya tanggal 25-27/05/2007 sejatinya di Jakarta sedang berlangsung lokakarya bidang Irmawati, dimana saya menjadi salah satu tim fasilitator yang merumuskan konsep kegiatan tersebut. Karena tim bidang irmawati PP IRM sendiri mungkin “tidak concern”. Tanggal 26 saya masih memfasilitasi orientasi dan jadi moderator untuk lokakarya tersebut.

Rapat PP IRM memutuskan saya yang akan menghadiri Musyawarah Wilayah Pimpinan Wilayah Ikatan Remaja Muhammadiyah Nusa Tenggara Barat. Akhirnya tanggal 26 sore saya dan Ochie – Rossy Siti Rahmawati – berangkat ke Soetta International Airport. Komunikasi saya lakukan dengan Ketua panitia dan Ketua PW IRM, Dani.

pesawat lion air boing 737-300 yang melayani rute penerbangan Jakarta – Mataram

“Jangan berangkat malam mas” begitu pesan Pepsi melalui sms ke ponselku. “Kenapa Pep” tanyaku. “Musywilnya di Lombok Timur, jadi masih harus naik mobil ke lokasi” jelasnya.

Tiket di pesan oleh Bendahara, om Budi agak sore. Tapi apa hendak di kata. Lion Air seperti biasanya delay. Oleh karena itu pesawat akan berangkat kira-kira pukul 07 malam. “Ya, terlambat deh, padahal masih harus naik mobil jauh ke Lombok Timur” gumamku.

Pada waktu yang telah di tentukan, kami akhirnya berangkat dengan pesawat boing 737 seri 300. Agak was-was juga saat itu. Soalnya ada dua kejadian alias kecelakaan penerbangan di awal tahun 2007, yaitu (01 Januari 2007) peristiwa hilangnya Adam Air dalam penerbangan dari Jakarta – Manado dan peristiwa terbakarnya pesawat Garuda Indonesia Airways (07 maret 2007) di Adisucipto International Airport, Jogja.

foto di bandara selaparang, mataram, nusa tenggara barat (dok pribadi)

Menjelang lending pesawat harus ngantri di bandara Selaparang. Ada sedikit insiden kecil. Atau mungkin sebenarnya bukan insiden. Kejadiannya adalah terlihat percikan api saat mau mendarat di sisi kanan sayap pesawat. Si Ocie yang awalnya lihat percikan api itu. Tiba-tiba ia kaget dan mengentakku. “Apa itu masmul, ada api di sayapnya” ujarnya kaget (pucat) sambil menarik-narik bahuku. Tapi akhirnya pesawat landing dengan baik. “Alhamdulillah” sampai di Mataram ucapku.

Sampai di Bandara saya kontak panitia lokal yang akan menjemput kami. Ada sekitar 15 menit kami menunggu jemputan. Akhirnya tiga orang panitia lokal datang menggunakan mobil kijang kapsul. Tas dinaikkan ke mobil. Ochie duduk di jok depan. Saya dengan panitia lainnya di tengah dan berangkatlah kami malam itu ke Lombok Timur.

Kami pun jalan. Kira-kira satu jam perjalanan, dari kejauhan nampak beberapa orang berdiri di tengah jalan. Sebilah bambu seukuran pergelangan kaki orang dewasa di pampang di tengah jalan. Seorang diantaranya melambaikan tanganyya. “Oe, berhenti” pintanya. Sopir yang juga panitia itu nampak tenang.  Mobil lalu berjalan pelan. “Ok bang, tapi tolong diturunin bambunya” katanya.

Si Ochie nampak sangat shok. Bagi saya, ini pengalaman pertama di ancam rompak. Ini bukan cerita. Ini fakta. Saya sedang tidak tidur. “Labrak saja bos” pintaku. Akhirnya bambu di turunkan. Begitu diturunkan, pedal gas langsung di injak oleh sopir kami. Selamatlah kami dari rompak itu. Cerita rompak ini di Lombok timur seringkali terjadi, khususnya dalam perjalanan malam.

Akhirnya kami sampai di Lombok, kira-kira pukul 11.00-an. Saya nginap di sekretariat Muhammadiyah malam itu. Si Ochie sendiri nginap di rumah salah seorang alumni IPM.

Leave a comment