Saya teringat pada sebuah senja yang muram di bulan september 2006. Langit Jogja sore itu pekat. Jalan-jalan basah. Hujan baru saja datang menunaikan tugasnya. Dan tatkala reda, jalanan menjadi lengan. Hanya ada kawanan anak-anak muda yang sedang naik motor bergerak ke Wanitatama. Wanitatama bagi mahasiswa yang kuliah di Jogja seringkali berhubungan dengan pameran buku. Dan sore itu kami semua menemuinya.
Itulah pameran buku pertama yang ku kunjungi. Dan obsesi tentang Jogja dan bukunya itu pulalah yang menyeretku pergi meninggalkan tanah lahirku. Meninggalkan jejaring yang sudah ku bangun. Termasuk meninggalkan kenangan tentang sosok gadis yang kucintai. Ya semua tentang masa lalu.
Dalam rekaman memori, saya ingat betul di bulan september betapa mewahnya pameran buku ini. Sebuah peristiwa yang tentu jarang saya jumpai di bumi anging mammiri. Saya mengeksplore berbagai jenis buku. Menjelajah seisi ruang. Menelisik buku satu persatu. Ada keinginan untuk memborong buku. Tapi sebagai mahasiswa yang hidup pas-pasan, hanya bisa berkhayal dalam angan. Ada tiga examplar buku yang ku beli petang itu. Buku-buku yang memang dijual murah oleh agency buku. Tapi begitulah kondisinya. Harus pandai mengatur uang. Kapan harus beli buku dan mengalokasikan untuk makan sehari-hari.
Sejak di Makassar, saya sudah mulai membiasakan belanja buku. Dengan kemanjaan terhadap sumber-sumber buku dan harga yang bisa dijangkau tentu situasinya akan berbeda dengan di Jogja.
Seiring dengan aktivitas yang mulai padat; sebagai aktivis, research associate di sebuah consulting agency dan menjadi freelance dibeberapa pekerjaan. Kemampuan membeli buku pun ikut membaik. Dan setiap kali ada pameran pasti saya datangi dengan belanja buku yang tentu lebih baik.
Kadangkala tidak terasa dalam sebuah pameran uang meluncur dengan deras. 500 atau hingga 900-an ribu. “Ha, cuman beli buku Mul” sergap seorang temanku. “Kan lagi ada uang” tangkisku. Alhamdulillah koleksi buku di kontrakanku sudah mencapai seribuan examplar. Saya sungguh mensyukuri ini.
Setiap bulan, saya pun mengalokasikan untuk untuk membeli buku. Kalau tidak di togamas, social agency atau di shoping. Kadangkala diajak kawan Hendra untuk hunting buku di beberapa tempat yang biasa dia kunjungi.
Berikut buku yang saya beli pada bulan Juni 2013:
1. Emha Ainun Najib. Indonesia Bagian Dari Desa Saya. Kompas, Jakarta.
2. Lisa Rogak. Impatient Optimist. Bentang, Yogyakarta.
3. Mursalim Salam. Metode Penelitian Sosial Kualitatif, Menggugat Doktrin Kuantitatif
4. Arskal Salim & Adlin Silaan. Serambi Mekkah yang Berubah. Alvabet, Jakarta.
Halo mas Mul.
Apa kabar?
Lama tidak bersua. Let me follow your blog.
salam
Baik mas, iya ni. Sy kebetulan lagi ada kerjaan di Sulawesi. Sip mas, lagi ada program apa ni mas world vision?