Tim Nasional Indonesia U-19 akhirnya menjadi juara pada partai final kejuaraan AFF Cup 2013 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jatim. Tim asuhan Indra Sjafri ini berhasil mengandaskan Tim Vietnam melalui adu penalti. Dua kali 45 menit kedua tim silih berganti menyerang. Dari sisi organisasi tim, Vietnam jauh lebih baik di banding Timnas Indonesia. Itu terbukti tatkala dibabak penyisihan Indonesia sempat kalah dari Vietnam.

Beberapa hal yang saya catat terkait dengan pertandingan tersebut yaitu kinerja line tengah yang sering kali terlambat memberikan umpan kepada pemain sayap dan ujung tombak yang sudah siap menerima bola. Gelanda timnas U-19 yang di motori oleh Dinan Yahdian, Zulfiandi dan Evandi Mas. Meski begitu, Timnas U-19 mampu melakukan pressing ketat dan marking yang bagus. Ini sedikit menyulitkan penyerangan tim Vietnam.
Permainan pendek di zona pertahanan juga sedikit berbahaya. Mengingat agresivitas permainan Vietnam yang juga bagus.
Ful bek Timnas juga sedikit menahan diri untuk maju, khususnya di babak pertama. Tetapi di babak kedua, khususnya bek kiri, Fathurrahman sudah mulai melakukan overlap yang cukup membantu pergerakan winger, Ilham. Hanya memang penyelesaian akhir belum maksimal.

Saya kira pelatih Sjafri perlu diapresiasi yang cepat melakukan pergantian setelah melihat sayap kanan tim tidak bisa maksimal. Masuknya Maldini juga memberi daya gedor bagi Timnas. Krosingnya beberapa kali memberikan peluang bagi striker timnas, sayangnya tidak bisa dikonversi menjadi gol. Dan kolektivitas itulah yang saya pikir perlu dibangun sejak dini. Ini pula yang sedang diperkuat oleh pelatih Indra Sjafri.
“Filosofi saya sederhana. Sepak bola adalah permainan tim. Seluruhnya bertautan. Saling berhubungan. Dan Indonesia memiliki banyak pemain bagus kalau seleksi benar-benar merambah ke daerah. Ada banyak bintang dan semestinya setiap pemain menjaga perilaku sikap di dalam serta luar lapangan untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama,” tuturnya sebagaimana saya kutip di tribun news.
Yang juga menjadi menarik adalah komentator MNC yang kira-kira cukup “alay”. Seringkali melontarkan terminologi yang menurut saya bombastis. Seringkali tidak kontekstual. Tapi spiritnya kita pahamlah. Ia mau memompa semangat penonton. Cuma bukan begitu caranya. Sampai-sampai istilahnya, “Jebret” populer di jaringan media sosial.
Dan secara kolektif kita semua mengucapkan selamat kepada tim yang telah berhasil meraih juara. Ini bukanlah akhir, tapi awal yang baik untuk lebih maju lagi kedepan. Sekali lagi selamat!!.