Sambil duduk di ruang tengah. Saya nyalakan TV pagi itu. Rencananya mau mandi. Sejenak kemudian saya perhatikan ada talkshow menarik. Yang bicara adalah Hamdi Muluk, ahli psikologi politik dan Refly Harun, pengamat hukum Tata Negara. Apa pasal yang dibincang? Rupanya semalam ada peristiwa genting di Jakarta. Salah satu hakim dan juga Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ditangkap tangan oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penangkapan itu sendiri terkait dengan kasus suap Pilkada yang ditangani oleh MK.
Saya pribadi tidak terlalu kaget dengan kejadian ini. Prihatin iya. Baru beberapa hari yang lalu saya berbincang dengan seorang kawan. Waktu itu kami mengomentari hasil Pemilukada Kota Makassar. Kawan saya itu bilang, kalau mau gugat ke MK, paling minimal harus punya 1 M. Rumor seperti sudah sering terdengar. Hanya saja memang belum bisa terkonvirmasi. Alias tidak cukup bukti.
Tiga tahun yang lalu juga, hal yang seperti ini mengguncang MK. Mantan staf ahli MK, Refly Harun menulis catatan yang cukup menggelitik dan dimuat di harian kompas 25/10/2010. Apa yang diungkapkan Harun juga berkaitan dengan perilaku hakim. Reaksi MK waktu itu cukup deras & apa yang dilakukan oleh MK cukup baik waktu itu membentuk tim independen untuk menyelidiki dugaan kasus tersebut.
Apa yang terjadi semalam bisa dijelaskan oleh catatan dan kegelisahan Refly Harun tiga tahun lalu. Lantas kepada siapa lagi kita mesti percaya jika hakim- hakim yang menjadi benteng terakhir penegakan hukum bermasalah (korup)? Peradilan (dalam arti luas) betul-betul sedang berada dititik nadir. Trust semakin menukik ke titik nol, bahkan mungkin sudah minus.
Praktis, tinggal KPK yang hari ini dipercaya. Lalu mulai dari mana? Ini pekerjaan yang sangat sulit. Saya tidak bisa menjelaskan terlalu banyak hal. Yang pasti bahwa ada yang salah dengan cara kita bernegara, beragama (juga mungkin) & berbangsa. Atau memang otak kita yang bermasalah. Entahlah. Tapi perlu perubahan sistematik & progressif memang. Disertai pemilihan orang-orang yang punya integritas.
Kita pernah punya Polisi mantap yang ada pada diri Hugeng. Jaksa macam Baharuddin Lopa dan hakim Agung seperti Bismar Siregar. Kita mesti belajar pada mereka. Yang bisa tegar dalam budaya korup yang massif. Semoga mereka menginspirasi bagi polisi-polisi remaja, jaksa & juga para hakim. Wa Allahu A’lam.
sungguh sangat ironis ya daeng kejadian ini
Betul bangat