Saya ingin mencatatkan pengalaman beberapa tahun lalu. Tepatnya awal 2013. Kantor saya bekerjasama dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Staf dan volunteer dilatih soal Hukum Humaniter Internasional (HHI). Selama dua hari kami berjibaku dengan gagasan-gagasan tentang HAM dan hukum humaniter internasional. Kami nonton film, diskusi dan games. Sejumlah narasumber ikut berbagi pengalaman dengan kami.
Irenee Herbert (Regional Adviser Komite Internasional Palang Merah untuk wilayah Asia Tenggara) pun hadir menyampaikan sambutan pada saat pembukaan dan juga berbagi dengan kami soal pengalamannya dalam berbagai tugas kemanusiaan di berbagai negara pada sesi pertama. Ia seorang warga Negara Perancis. Di samping bisa berbahasa Inggris, ia juga amat fasih dalam al–lughatul ‘arabiyah. Seorang kawan dari Solo yang juga cukup bisa bercakap-cakap bahasa Arab berbincang dalam bahasa gurung pasir itu. Sekilas saya perhatikan, Irenee mirip bangat dengan bek tangguh dan kapten tim nasional Inggris, yaitu John Tery. He…he…
Irenee mengulas bagaimana pentingnya posisi independen dalam mengemban misi ICRC. Fokus ICRC lebih kepada korban perang. Sebab jika ICRC berpihak, maka keselamatan relawan bisa tidak terjamin. Mengambil posisi independen saja seringkali relawan di sandra, apalagi misalnya berpihak. Oleh karena itu, ICRC tidak berpihak kepada siapa pun. Ia independen dalam melaksanakan misinya.
Ada juga topik soal Hukum Humaniter perspektif Islam. Yang tampil memfasilitasi sesi ini adalah kang Zezen Zaenal Muttaqin. Ia menyampaikan kompatibilitas norma-norma Islam baik yang termaktub dalam hadist maupun al-Qur’an dengan kemanusiaan. Khususnya dalam konteks perang. Dalam Islam, berperang memiliki adab dan ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Zezen menyebut misalnya, bagaimana orang Islam dilarang membunuh anak-anak, perempuan atau misalnya menebang pohon. Dan banyak lagi baik oleh hadist atau ayat al-Qur’an.
Kami juga menerima materi soal historitas Palang Merah Indonesia (PMI). Topik ini disampaikan oleh pengurus daerah PMI D.I. Yogyakarta. Narasumber hanya memaparkan sejarah dan kegiatan-kegiatan ke PMI-an. Selebihnya ia banyak menyampaikan foto-foto kegiatan PMI yang telah dilakukan.