Salah satu caraku meluapkan rasa kangen dengan kota Jogja adalah melalui catatan ini. Meskipun bukan orang asli Jogja, tetapi tinggal dan sekolah cukup lama di kota itu. 8 (delapan) tahun coy menikmati air kehidupan di Negerinya Sultan Hamengkubuwono ini. Waktu yang cukup lama untuk ukuran mahasiswa.
Selama delapan tahun itu aku pindah-pindah kost. Saat pertama kali tiba di Jogja saya tinggal di sekretariat organisasi di mana saya berkecimpun. Dua tahun saya tinggal di sana. Lalu pindah ke jalan H. Agus Salim – samping SD Muhammadiyah – juga dua tahun. Dari agus salim pindah ke kuncen (50 meter ke arah selatan Masjid Kuncen). Di kawasan ini saya tinggal cukup lama meskipun sempat pindah dua kali tetapi tetap di kawasan yang sama. Dulu adalah bekas kost-kost mahasiswa UMY kampus lama. Jadi harga cukup terjangkau. Apalagi kami berkawan (5 orang).
Dulu waktu awal-awal kuliah, biasa nongkrong di angkringan pinggir jalan. Acap kali juga di kantin kampus (fakultas kehutanan). Tetapi seiring perkembangan pergaulan, juga bergeser pula tempat nongkrong. Ada kalanya ke arah timur dekat-dekat UIN. Orang pasti sudah kenal blandongan. Tempat ini dikenalkan oleh Mbah Aish (kawan saya, aktifis PMII & IPNU), mas Amir dan Dek Pendi. Kebetulan si Mbah – begitu kami memanggilnya – satu kampung dengan pemilik kafe.
Kalau tidak disana, acap kali saya nongkrong di semesta. Kalau ada kawan ku datang dari luar Jogja saya biasa mengajaknya ketempat ini. Lokasinya di jalan krasak, kota baru. Dekat sekali dari stasiun tugu. Dan bisa sambil jalan kaki. Saya sering ke tempat ini tertutama waktu awal-awal kafe ini didirikan. Saya suka makanannya.
Tempat lainnya adalah legend kafe. Tempat ini saya kenal dari kawan saya Jack. Alias Risal Suaib. Mahasiswa fakultas ISIPOL UGM. Lokasinya tidak jauh dari semesta. Pengunjungnya ramai membahana. Disini kopinya makyos. Saya sering ke tempat ini terutama untuk nonton bola (EPL). Ke lokasi ini biasa dengan Dek Pendi, Nugroho alias Nugi, dan beberapa teman-teman HI Fisipol UGM.
Ada juga tempat yang acap kali kami kunjungi yaitu wijilan. Ini adalah warung akringan yang terletak di jalan wijilan, dekat dari alun-alun utara. Kira-kira 150 meter ke arah selatan. Di sini saya suka dengan minuman jahenya dan tentu makan berat. Tempat ini dikenalkan oleh Mas Adim, senior saya di organisasi. Terkadang bersama dengan kawan Yazid dari Madura kalau ia ke Jogja biasa nongkrong di tempat ini.
Belakangan ini saya sering nongkrong di gerobak susu – di selatan pojok benteng – atau di warung Klangenan di jalan patang puluhan. Warung ini konsepnya angkringan, tetapi suasannya nyaman sekali. Cocok untuk nulis tugas, ngetik skripsi dan lain-lain. Meski pun dari sisi harga relatif mahal di kalau di bandingkan dengan warung-warung pada umumnya di Jogja.
Masih banyak tempat yang pernah ku singgahi, tetapi yang sering saya datangi ya itulah.
wow, pernah di jogja juga rupanya. Jogja emang ngangeni
kurang lebih delapan tahun
ada setangkup haru dalam rindu …