Pangan Dipulau-Pulau Terluar

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005 yang ditanda tangani oleh Presiden, terdapat 92 pulau terluar yang membentang dari Sabang sampai Maraoke dan dari Miangas sampai Route.

Pulau-pulau tersebut memiliki dinamika sosial, ekonomi, budaya, dan politiknya sendiri.  Secara ekonomi, mereka umumnya hidup dari bekerja sebagai nelayan, ternak atau berkebun. Secara kuantitias, penduduk pulau-pulau kecil itu memang tidak banyak. Data departemen kelautan dan perikanan menyebutkan bahwa rata-rata pulau kecil terluar jumlah penduduknya antara 400 – 600 jiwa.

Kalau ditelusuri, sebenarnya mereka tidak memiliki masalah yang serius dengan pangan. Dibeberapa tempat, seperti di Selayar, Sulawesi Selatan masyarakat di wilayah laut flores itu terbiasa dengan pangan lokal, ketala pohon atau dari umbi-umbian seperti gadung. Mereka memiliki kearifan sendiri.

Continue reading “Pangan Dipulau-Pulau Terluar”

Belajar Manajemen Pangan dari Semut

PANGAN tetap menjadi masalah penting yang setiap saat bisa menjadi ancaman bagi negara-negara di dunia. Salah satu diantaranya Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis dengan kekayaan sumberdaya hayati (flora dan fauna) yang melimpah, kondisi ini terasa sangat menohok. Sungguh suatu tamparan yang sangat menyedihkan. Bagaimana mungkin negeri se-subur Indonesia bisa diancam busung lapar? Dan masuk diantara 35 negara yang terancam kelaparan serius.

Continue reading “Belajar Manajemen Pangan dari Semut”

Membangun Kesadaran Organis

Saya pertama kali terlibat dalam pertanian organis dan mengenal istilah itu saat memasuki semester 2 kampusku dengan bergabung ke Yayasan Perak-Makassar tahun 2000 akhir. Awalnya hanya sebagai sukarelawan (volunteer) karena di ajak beberapa dosen saya yang tergabung dalam Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA). Lalu ketika mengambil kuliah sekaligus asisten mata kuliah Pembangunan Pertanian dan Politik Pertanian saya mulai mengenal secara lebih jauh bagaimana ideologi bertarung dalam arena yang yang disebut dengan state.

Continue reading “Membangun Kesadaran Organis”

Harga Cabe Meroket; Nasib Petani Belum Tentu Baik

Harga cabe melambung. Begitulah berita koran dan televisi setiap hari dalam bulan-bulan ini. Hampir semua lapisan masyarakat panik, termasuk jajaran kabinet dan Presiden SBY. Kenapa demikian? Karena cabe ternyata bisa mempengaruhi inflasi. Karena itu jajaran kabinet bidang ekonomi harus mengambil keputusan untuk mengendalikan harga cabe yang menggila itu.

Continue reading “Harga Cabe Meroket; Nasib Petani Belum Tentu Baik”

Aku, Merapi dan Peristiwa Gunung Meletus

Aku hanya pernah mendengar cerita gunung meletus dalam buku-buku pelajaran waktu SD dan kisah-kisah Ayahku saat masih kecil, dulu. Ayah bercerita kedahsyatan letusan Gunung Galunggung melalui bacaannya. Ya, ia seorang pembaca yang kuat. Terutama buku-buku cerita dan novel. Setiap kali ia selesai membaca sebuah buku cerita atau novel, ia menceritakan dan mengajakku dan adik mendiskusikan isi buku itu.

Continue reading “Aku, Merapi dan Peristiwa Gunung Meletus”

PNPM, Perdagangan Bantuan Sosial dan Hancurnya Kemandirian Desa

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) merupakan pengembangan dari berbagai program yang hampir sama diberbagai Departemen/Lembaga pemerintah dalam bentuk kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Continue reading “PNPM, Perdagangan Bantuan Sosial dan Hancurnya Kemandirian Desa”

Tidak Ada Akses bagi Petani Gurem

Petani gurem (peasent) adalah kelompok petani yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian, dengan relatif tidak memiliki akses pasar dan regulaisi. Mereka adalah kelompok sosial yang sama dengan kita.

Kalau kita menginginkan hidup berkecukupan, mereka pun menghengdaki hidup yang demikian. Tetapi apa hendak dikata, petani gurem selalu dalam keadaan yang ditindas. Tidak mendapat kesempatan dan bahkan dikebiri lewat struktur sosial yang sangat tirani dan melabrak nilai-nilai kemanusiaan (humanisme).

Continue reading “Tidak Ada Akses bagi Petani Gurem”

Kemiskinan Petani dan Keberpihakan Negara

Sektor pertanian (dalam arti yang luas) masih merupakan sektor strategis bagi bangsa Indonesia untuk waktu lima dan sepuluh tahun kedepan. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan nelayan. Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu peran dan partisipasinya dalam proses pembangunan bangsa adalah merupakan keniscayaan.

Continue reading “Kemiskinan Petani dan Keberpihakan Negara”