Volunteer “KI” di MTS Nurul Hijrah

Dipenghujung tahun 2016 saya mendaftar kelas inspirasi (KI) di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Sebenarnya sudah sejak setahun sebelumnya, keingin jadi volunteer itu ada. Tetapi masih sibuk dengan setumpuk pekerjaan kantor yang sulit untuk ditinggalkan.DSC_7808a

Setelah mendaftar dan lama menunggu, panitia akhirnya mengkonfirmasi bahwa saya dinyatakan lulus dan bisa menjadi volunteer untuk KI tahun 2017. Beginilah e-mail yang saya terima dari panitia:

Continue reading “Volunteer “KI” di MTS Nurul Hijrah”

Sejumput Cerita Dari MIWF 2016

Pada suatu pagi (mungkin sekitar April awal), saya membuka path. Salah satu teman satu lorong saya adalah kak Ami. Ia mengunggah kabar tentang penyelenggaraan Makassar International Write Festival (MIWF) tahun 2016 yang diselenggarakan di Fort Rotterdam pertengahan Mei.

Continue reading “Sejumput Cerita Dari MIWF 2016”

Catatan Palembang (2)

Usai makan, kami bergegas ke arah kota Palembang. Menyusuri jalan utama. Mataku menengok kiri kanan. Memperhatikan kota dengan penghuni wong kito galo ini. Ya mengamati dari sisi yang paling dekat tentang kota ini. Untung saja aku tidak bersama dengan Ayah. Ia acapkali men-judge-ku kampungan. “Nengok kiri-kanan (lihat bangunan) di kota itu kampungan” ucapnya suatu waktu saat menemaniku naik becak di kota kecil, Kabupaten kami. Padahal ia juga tinggal di kampung. He..he…

Mungkin ada sejam lalu melewati Jembatan Ampere yang legendaris itu. Kemudian di flay over mobil jalan ke kiri menuju STIKES Muhammadiyah, Palembang. Oleh panitia aku diinapkan di rusunawa kampus itu. Sampai di rusunawa sudah ada mas Zaky (Dr. Zakiyuddin Baidhawi) dan Romo Paryanto. Mas Zaky adalah staff pengajar di IAIN Salatiga. Penulis sejumlah buku-buku bertema Islam dan Sosial. Alumni IMM UMS. Sementara Romo Par (begitu kami acapkali memanggilnya) adalah senior kami. Ia dulu memang kuliah dan mengajar di Sanatadarma, Jogja. Aktif di Ornop. Aslinya memang Sumsel. Tepatnya di Prabumulih. Kehadirannya di Palembang karena sedang ada program CSR di kampungnya. Sembari menjadi narasumber sekalian.

Continue reading “Catatan Palembang (2)”

Catatan Palembang (1)

Selamat datang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Palembang. Pasang sabut pengaman anda sampai pesawat ini benar-benar dinyatakan berhenti oleh otoritas Bandara” demikian pemberitahuan awak cabin Sriwijaya Air yang aku tumpangi.

Perjelanan ini lebih sebagai narasumber untuk suatu pelatihan. Bukan sama sekali dimaksudkan untuk wisata. Meskipun acap kali, usai memberikan fasilitasi, aku berkunjung ke destinasi disuatu kota. Jadi begini, di bulan Januari aku ketemu Zulfikar. Anak peternakan UGM dan aktivis disebuah gerakan; Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Continue reading “Catatan Palembang (1)”

#BukuUntukAnakPulau

Membaca buku bagus
Seperti bercakap-cakap dengan orang hebat
Dari abad-abad terdahulu
[Rene Descartes, 1617]

Bagaimana cerita lahirnya program #BukuUntukAnakPulau ini?

Jujur ini pengalaman pribadi di tahun 1989 hingga awal 90-an. Aku sekolah SD di Pulau Bonerate, Kepulauan Selayar. Perpustakaannya, ya ampun hanya ada bacaan keluarga Budi. Ibu Budi, Bapak Budi, dan Adik Budi. Maka setelah balik dari Jawa tahun 2013, dua tiga kali berkunjung ke pulau-pulau itu menjalankan tugas kantor. Berinteraksi dari dekat dengan keseharian anak-anak itu.

Continue reading “#BukuUntukAnakPulau”

Selamat Jalan Pejuang Mustadha’afin

Teng…! teng…! Suara nada pemberitahuan yang masuk ke group whatsap smart phone milikku berdenting terus menerus. Sejenak saya melirik jam yang terpampang kaku di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 24.45 Wita. Saya tak lagi memedulikan hilir mudik pesan itu. Sejak sore, nyeri kepala membuatku tak berkutik dan perut terasa mual. Ingin sekali muntah rasanya.

Continue reading “Selamat Jalan Pejuang Mustadha’afin”

Mengawal Desa

Pagi itu, medio Agustus 2014 saya bersama kawan Risal Suaib (saya memanggilnya Bung Jak) dan Ishak Salim ikut forum bulanan yang dihelat oleh Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM. Topiknya menarik: desa. Saya duduk di pojok sekali. Menikmati kacang, pisang rebus dan segelas teh yang acap kali disuguhkan oleh lembaga yang didirikan oleh almarhum Sartono Kartodirjo itu. Ishak mengambil posisi didepan. Sementara Bung Jak duduk di pojok lain bersama seorang kawan dari Flores, NTT.

Continue reading “Mengawal Desa”

Graduation

Di sebuah pagi di bulan januari 2015 saat minum teh bersama keluarga, ponsel saya tiba-tiba berdering. Teman saya (Ayu Ogari: namanya) memberi kabar bahwa kami bisa wisuda periode januari ini. Kok gitu.

Ceritanya begini. Kami (berempat) termasuk mahasiswa/i yang melewati batas waktu studi 2 tahun. Sehingga sampai batas waktu terakhir input data calon wisudawan kami masih kekurangan satu syarat untuk bisa ikut wisuda. Apa itu? Surat keterangan bebes biaya pendidikan dari direktorat akademik.

Continue reading “Graduation”