Usai makan, kami bergegas ke arah kota Palembang. Menyusuri jalan utama. Mataku menengok kiri kanan. Memperhatikan kota dengan penghuni wong kito galo ini. Ya mengamati dari sisi yang paling dekat tentang kota ini. Untung saja aku tidak bersama dengan Ayah. Ia acapkali men-judge-ku kampungan. “Nengok kiri-kanan (lihat bangunan) di kota itu kampungan” ucapnya suatu waktu … Continue reading Catatan Palembang (2)
Catatan Palembang (1)
“Selamat datang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Palembang. Pasang sabut pengaman anda sampai pesawat ini benar-benar dinyatakan berhenti oleh otoritas Bandara” demikian pemberitahuan awak cabin Sriwijaya Air yang aku tumpangi. Perjelanan ini lebih sebagai narasumber untuk suatu pelatihan. Bukan sama sekali dimaksudkan untuk wisata. Meskipun acap kali, … Continue reading Catatan Palembang (1)
Pemberdayaan; Sejemput refleksi
Piring berisi buah disajikan di meja oval siang itu. Dari merknya tertulis sate ayam "***omoro". Ada teh dan juga air putih. Buah di piring. Posisi duduk peserta mengikuti meja rapat yang oval. Setiap pekan kami rutin melakukan rapat. Semua duduk berjejer, melingkar. Sebagian diantaranya anak-anak muda yang penuh semangat dan antusias. Suasana acap kali diam, … Continue reading Pemberdayaan; Sejemput refleksi