Semuanya bermula saat Pak Jamil – Nadzrun Jamil – bercerita perihal karakteristik perairan Pulau Weh yang menawan. Perbincangan kami berlangsung di bulan Februari 2015 silam. Saat itu saya ambil lisensi kepenyelaman level advance PADI di Pantai Timur Selayar.
“Mul, kapan ada waktu ke Sabang, ayo lah? Keren lo diving di sana” ujar pak Jamil mengajakku dengan mimik wajah serius.
“Yuk, kita trip Sabang Mul; mantaplah pokoknya” timpal Riyadi dengan logat khasnya, Padang.
“Siap bos! direncanakan saja. Tahun ini saya banyak waktu bisa jalan-jalan” begitu saya menjawab saat itu.
“Bagaimana kalau Agustus, tripnya?” begitu ajakan kuterima dari pak Jamil.
“Saya tidak ada problem, coba saya tanya om dok, ya pak” jelasku melalui komunikasi whatsapp.
Saya kemudian mengkoordinasikan jadual tersebut dengan om dok. Dan om dok juga ok, sebab di bulan Agustus ia ada pertemuan tahunan dokter spesialis bedah di Medan, Sumatera Utara. Deal, maka disepakatilah tanggal dan lokasi pertemuan, yaitu di Medan.
***
Saya lalu cari tiket untuk penerbangan ke Medan. Pilihan jatuh pada Citilink, sengaja memang karena ingin bermalam di Jakarta. Begitu saya cetak tiket, lo kok transit di Surabaya. “Wah, semprul ini” gumamku dalam hati. Jadilah saya tidak bisa sampai sore di Jakarta. Padahal sengaja planning penerbangan sore, biar bisa berjumpa teman-temanku semasa aktif di pergerakan Mahasiswa, di Jakarta.
Akhirnya malam saya tiba di Jakarta. Saya nginap di Menteng. Tidak bisa lagi bergerak banyak. Cuma jalan keluar untuk makan malam sama Syamsul Inay – sekretaris kecamatan di Bintuni saat ini S2 di IIP – dan beli logistik – roti, dll – untuk perjalanan ke Medan esok hari. Apa lagi saya punya barang bawaan berupa dive gear satu tas besar untuk dua orang scuba set. Jadinya ya istirahat benaran malam itu. Saya hanya memberi kabar ke Ilham, kawan saya yang di Jakarta Selatan bahwa saat ini saya lagi transit di Jakarta untuk ke Medan.
Saya berangkat ke Halim pagi itu. Di sana masih sempat minum kopi dan makan spaghetti sebelum akhirnya panggilan untuk penerbanganku di sebut oleh petugas bandara. Kopi yang belum seluruhnya habis. Demikian pula dengan makanan. Di Exelso Halim, saya sempat ngobrol dengan mas Aryo, seorang panata panggung. Kebetulan pernah diving juga, namun meninggalkan hobynya itu karena tubuhnya semakin tambun.
“Diving, Makan dan Minum” ya gitu doang kerjanya, saya malah jadi tambah gendut ucapnya.
“Ha haaa ya gitulah kalau penyelam resort” saya ketawa dalam hati.
Coba angkat-angkat tabung sendiri, setting alat sendiri, dan lain-lain. Disinilah bedanya penyelam resort dengan penyelam mandiri, wkkkwkk … …
membaca ini saya jadi ingin jalan2 dan ngeblog lagi
Mantap levelnya udah advance. Ditunggu foto2 bawah airnya pak
eh saya mau ke sabang nih, dengar2 gak terlalu jauh dari banda aceh ya
Iya sih mbak; 45 menit naik kapal cepat …