Panduan Solo Travelling ala Backpacker ke Selayar

Sulawesi Selatan memiliki banyak pilihan destinasi wisata. Ada budaya, minat khusus dan bahari. Di sisi selatan Sulawesi Selatan, Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu pilihan yang asyik untuk wisata bahari. Kabupaten Kepulauan berpenghuni 134 280 (BPS, 2018) jiwa ini menawarkan banyak pilihan bagi para petualang yang menyukai religi, bahari, dan budaya.

Continue reading “Panduan Solo Travelling ala Backpacker ke Selayar”

Tikala: Warung Kopi Legendaris di Manado

Ruko itu tampak tua. Berlantai dua. Catnya sudah pudar, mengelupas. Tempatnya tidak jauh dari lampu merah perempatan Jln. Sudirman 8, Manado. Pagi itu matahari baru saja beranjak di timur. Jalan sudah mulai ramai. Kota itu nampak bergeliat, bangun dari tidurnya. Dengan sendal hotel, saya berjalan, ditemani Ihsan menuju rumah kopi Tikala, sekitar 100 meter dari penginapan kami.

Continue reading “Tikala: Warung Kopi Legendaris di Manado”

Ngopi di Maraca Books & Coffee Bogor

Di awal Oktober 2018 sebuah undangan datang dari Bawaslu kepada lembaga kami (Lembaga Penelitian Sosial dan Demokrasi).  Undangan itu mendiskusikan topik yang menurut saya menarik, yaitu temuan-temuan riset Bawaslu terhadap pasangan calon tunggal pada gelaran Pilkada serentak tahun 2018.

Continue reading “Ngopi di Maraca Books & Coffee Bogor”

Catatan Palembang (3)

Episode berikutnya yang ingin saya share yaitu sholat jum’at di Masjid Cheng Ho yang jaraknya tidak jauh dari jakabaring sport center. Kami ke masjid Cheng Ho berempat saya, Zulfikar, Arman dan Aan. Kami naik mobil diantar si Arman yang asli anak Palembang. Meski pun begitu, letaknya masih harus berkelok-kelok bahkan masuk ke kawasan perumahan. Jaraknya kurang lebih tiga kilo meter dari pusat kota Palembang.

Continue reading “Catatan Palembang (3)”

Catatan Palembang (2)

Usai makan, kami bergegas ke arah kota Palembang. Menyusuri jalan utama. Mataku menengok kiri kanan. Memperhatikan kota dengan penghuni wong kito galo ini. Ya mengamati dari sisi yang paling dekat tentang kota ini. Untung saja aku tidak bersama dengan Ayah. Ia acapkali men-judge-ku kampungan. “Nengok kiri-kanan (lihat bangunan) di kota itu kampungan” ucapnya suatu waktu saat menemaniku naik becak di kota kecil, Kabupaten kami. Padahal ia juga tinggal di kampung. He..he…

Mungkin ada sejam lalu melewati Jembatan Ampere yang legendaris itu. Kemudian di flay over mobil jalan ke kiri menuju STIKES Muhammadiyah, Palembang. Oleh panitia aku diinapkan di rusunawa kampus itu. Sampai di rusunawa sudah ada mas Zaky (Dr. Zakiyuddin Baidhawi) dan Romo Paryanto. Mas Zaky adalah staff pengajar di IAIN Salatiga. Penulis sejumlah buku-buku bertema Islam dan Sosial. Alumni IMM UMS. Sementara Romo Par (begitu kami acapkali memanggilnya) adalah senior kami. Ia dulu memang kuliah dan mengajar di Sanatadarma, Jogja. Aktif di Ornop. Aslinya memang Sumsel. Tepatnya di Prabumulih. Kehadirannya di Palembang karena sedang ada program CSR di kampungnya. Sembari menjadi narasumber sekalian.

Continue reading “Catatan Palembang (2)”

Lombok: Dari Ayam Taliwang hingga Sate Bulayak

Pesawat yang aku tumpangi akhirnya landing di Lombok International Air Port. Udara cerah. Terik matahari menyengat diluar cabin. Kuambil tas pakaian dan kamera yang aku simpan di bagasi saat naik dari Surabaya. Perlahan penumpang bergerak turun melalui pintu utama pesawat menuju ruang kedatangan.

Continue reading “Lombok: Dari Ayam Taliwang hingga Sate Bulayak”

Secangkir Kopi di Warkop Wajo

Langit Makassar lumayan terang sejak pagi. Sore itu saya bergerak ke kawasan Pengayoman. Cahaya lampu kota mulai menyala. Pertanda bahwa pergantian siang dan malam kini dimulai. Itu sunnatullah. Artinya ada siang pastilah ada malam. Demikian sebaliknya. Mobil dinas yang saya tumpangi mengantarku menyusuri jalan pengayoman. Saya minta diturunkan di sebuah jasa penjahitan pakaian. Saya memesan pakaian untuk kepentingan dinas kantor; sebuah jas.

Saya kirim pesan kepada seorang teman. Mengajaknya ngopi. “Ngopi yuk? saya lagi di jalan pengayoman, mau ke MP” begitu kira-kira sms yang saya kirim. Kebetulan sekali, sore itu saya mau beli kaos bola, Chelsea. Ia membalas. “Ok, saya masih di Smartfren, sedang antrian. Mungkin sejam lagi baru nyampe” balasnya dengan cepat.

Continue reading “Secangkir Kopi di Warkop Wajo”